Hanya Ada di PWM Kalbar, LHUBP Komitmen Bangun Moderasi Antar Agama

Sebarkan:



Ninemedia.id,. PONTIANAK - Hanya dimiliki oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Kalimantan Barat Lembaga Hubungan Umat Beragama dan Peradaban (LHUBP)  berkomitmen membangun interaksi dan komunikasi, serta moderasi antar pemeluk agama.

Ketua LHUBP PWM Kalbar, Dr Syamsul Kurniawan mengatakan bahwa lembaga ini satu-satunya di indonesia dan hanya dimiliki oleh PWM Kalbar. Jika demikian, ini harusnya dipandang sebagai keunggulan dari PW Muhammadiyah Kalimantan Barat, yang memiliki distingsi dengan PW Muhammadiyah di tempat lain.

Kata Dia, Kehadiran lembaga ini sangat penting. Sebagaimana kita mafhumi, agama merupakan salah satu komponen penting bagi masyarakat Indonesia. Slogan “Ketuhanan yang Maha Esa” menjadi salah satu bagian dalam Pancasila, yang mengindikasikan betapa pentingnya kedudukan agama di Indonesia. Agama dan masyarakat Indonesia bagaikan dua sisi “mata uang” yang tidak dapat dipisahkan.

Namun demikian, Dikatakan Syamsul hubungan antarumat beragama di Indonesia kerap rentan konflik, mengingat agama di Indonesia tidak homogen. 

"Nah, Lembaga Hubungan Umat Beragama dan Peradaban yang kelak sering disingkat LHUBP, hadir dalam konteks membangun interaksi harmonis keluarga Muhammadiyah dengan pemeluk agama atau unsur organisasi sosial keagamaan lain, dalam konteks seagama maupun lintas agama. Sebab, ada keyakinan tanpa dialog, mustahil terwujud perdamaian. Sementara untuk menjadi masyarakat berkemajuan, mustahil tanpa beririsan dengan perdamaian antarumat," jelasnya.

LHUBP, Kata Dia mengambil sisi penting ini sebagai lembaga yang berkomitmen membangun interaksi dan komunikasi antarpemeluk agama atau unsur organisasi sosial keagamaan lain, dalam konteks seagama maupun lintas agama. Kecuali itu juga ingin mendorong tersosialisasikannya model keberagamaan yang moderat dan berkemajuan pada keluarga besar Muhammadiyah, dan keluar menjadi pelopor dalam konteks moderasi beragama ini di tengah-tengah masyarakat.

[cut]



"Saya yakin keberadaan lembaga ini penting. Indonesia sebagai negara yang memiliki keberagaman agama dan kepercayaan leluhur pernah mengalami konflik agama sepanjang sejarah bangsa ini berdiri," ungkapnya.

Dikatakan Syamsul, Kota Poso menjadi salah satu saksi bisu konflik agama yang menyisakan luka bagi Indonesia. Konflik Poso berlangsung dari Desember 1998 kemudian berlanjut dua tahun kemudian serta puncaknya berlangsung dari Mei hingga Juni 2000. Contoh lain adalah Ambon. Konflik agama tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang bersifat “mutual-sektoral” atau berdasarkan benturan ajaran yang berbeda. 

Menurutnya, selain alasan benturan keyakinan dan ajaran terdapat upaya penunggangan kepentingan politik yang menjadi salah satu penyebab konflik keagamaan.

Untuk itu, LHUBP bisa turut serta dalam program-programnya untuk penguatan moderasi beragama. Moderasi penting untuk meminimalkan kemungkinan politisasi agama yang dipercaya menjadi cikal bakal konflik. 

"Jangan lupa Kalimantan Barat, juga rentan konflik. Pengalaman konflik berdarah-darah daerah ini (Kalimantan Barat) walaupun bukan sejarah konflik agama melainkan konflik etnis, tetap saja Provinsi ini rentan dari sisi ini," katanya.

Syamsul menyebutkan bahwa SDM di LHUBP  ini ada tiga fasilitator nasional penguatan moderasi beragama Kementerian Agama Republik Indonesia. Tiga fasilitator tersebut yakni, Dirinya (Syamsul Kurniawan), Arif Wibowo dan Andry Fitriyanto. 

[cut]



"Setidaknya ini menjadi modal penting untuk melakukan kegiatan-kegiatan pelatihan dan sosialisasi yang berhubungan dengan moderasi beragama. Anggota lembaga ini yang lain yang terdiri dari gabungan aktifis dan akademisi, juga bisa turut mensupport terwujudnya program-program lembaga," kata Syamsul.

Jadi, Diharapkan lembaga ini membantu pemerintah dalam mengatasi isu-isu yang berhubungan dengan moderasi. Mengingat isu moderasi beragama, hubungan antaretnis, isu-isu perdamaian ini sedang seksi-seksinya dan menjadi bagian dari komitmen pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

"Semoga lembaga ini bisa selalu diajak ikut serta dalam program-program Muhammadiyah dengan semangat kolaborasi antar majelis dan lembaga. Demi mewujudkan Muhammadiyah yang Unggul dan Berkemajuan, yang mengambil peran penting dalam membangun hubungan yang harmonis antarumat beragama," tutupnya. (***/ANT)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini